Beberapa hari lalu, saya cukup tersentak ketika pemberitaan di media massa begitu gamblangnya menyebut bahwa Rohis merupakan sarang pembibitan teroris. Tak lama sesudahnya, muncul wacana sertifikasi ulama yang dilakukan oleh salah satu lembaga antisipasi teror di Indonesia.
Sehingga, setidaknya, pernyataan yang sungguh menyiratkan kesubjektifan sempit ini mendorong saya untuk kembali mengkaji Al-Qur'an. Dan Alhamdulillah, saya menemukan ayat Allah dalam Al-Baqarah: 105, “Orang-orang kafir dari Ahli
Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan
kepadamu dari Tuhanmu....”
Mari, kita sedikit meresapi sejauh mana ayat Allah itu menunjukkan pembuktian. Allah menyatakan jika orang-orang kafir dan Ahli Kitab berusaha untuk menghalang-halangi kebaikan yang Allah turunkan kepada kita. Berarti termasuk kebaikan yang akan kita raih untuk akhirat kelak yang coba kita bangun semenjak dunia masih ada dalam genggaman kita. Dan salah satu wadah yang paling tepat untuk menumbuhkan keimanan dan kemantapan aqidah kita dalam ber-Islam adalah organisasi Islam, rohis. Namun sangat disayangkan ketika pemberitaan sedemikian lalimnya menyudutkan rohis dan para punggawa yang berjuang menegakkan syariah Islam di dalamnya. Kondisi ini membuat saya merefleksi masa-masa sekolah sebelum saya duduk di bangku kuliah.
Saya bersekolah di TK Islam, SD hingga Perguruan Tinggi saya seluruhnya negeri. Akan tetapi sejak saya menekuni pendidikan agama mulai dari TK sampai saat ini, tiada satupun perintah atau ajaran untuk merakit bom dan meledakkannya di -misalnya- tempat-tempat ibadah umat non-Muslim. Atau untuk mengebom mall dan hotel kepunyaan investor asing? Tidak. Sama sekali ajaran-ajaran ekstrim semacam itu tidak pernah dimasukkan dalam kurikulum pendidikan agama yang saya terima. Begitupun dengan rohis SMA, apalagi Perguruan Tinggi. Meskipun bahan kajian yang kami diskusikan adalah tema-tema krusial dan membutuhkan wawasan maupun pandangan yang lebih luas, namun sama sekali tidak ada arah untuk memerintahkan, atau mendoktrin para anggotanya untuk menjadi teroris. Justru, kami sering memperoleh "pencerahan" dari banyak Sirah Nabawiyah yang mengisahkan betapa mulianya akhlak Rasulullah Muhammad SAW yang tidak pernah mengutus ummatNya menjadi teroris. Beliau SAW bahkan dalam banyak hadits riwayat Thabrani mengungkapkan bahwa haram hukumnya menakut-nakuti seorang Muslim. Dalam riwayat lain pun ketika beliau SAW dilukai oleh seorang Yahudi dan kaumnya meminta Rasulullah SAW melaknat orang Yahudi tersebut, dengan bijak Rasulullah SAW mengatakan jika terutusnya beliau ke muka bumi bukan untuk menjadi pelaknat, melainkan untuk membawa rahmat. Subhanallah ! Betapa yang Rasulullah SAW sampaikan begitu relevan dengan firman Allah dalam Al-Anbiyaa' : 107, "Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam".
Maka, sekali lagi, mengapa rohis disebut sebagai tempat pengkaderan calon teroris? Kalau rohis adalah tempat pengkaderan calon-calon teroris, tiada akan pernah anggota Rohis melakukan kajian dan diskusi di tempat umum bahkan di area yang cukup ramai orang berlalu-lalang. Kalau rohis adalah tempat pengkaderan calon-calon teroris, tiada akan pernah para anggota rohis mau bertegursapa dengan orang lain yang tidak seideologi dengannya. Secara psikologis, seseorang yang memiliki suatu rahasia besar dan rahasia yang disimpannya pada umumnya menjadi sebuah taboo bagi banyak orang, maka bisa dipastikan akan memunculkan sikap minder yang berlebihan bagi orang tersebut. Akibatnya apa? Akibatnya, dia akan sulit berinteraksi dengan masyarakat luas. Sehingga tidak mengherankan jika sering kita temui banyak teroris memiliki sifat pendiam dan tertutup. Kalau rohis adalah tempat pembibitan teroris, maka, untuk apa mereka musti susah-susah menyelenggarakan kegiatan akbar dengan pengajuan proposal pendanaan ke berbagai sponsor maupun ke para pimpinan lembaga mereka bernanung? Jika stigma ini tidak buru-buru dihapus, maka sama saja para pemfitnah itu menyamakan pihak sponsor atau pimpinan lembaga sebagai penyandang dana dan pendukung upaya terorisme ! Na'udzubillahimindzalik !
Di akhir tulisan singkat saya ini, saya ingin mengutip firman Allah dalam Al-Isra' ayat 36 dan Al-Ma'idah ayat 77 ,
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al-Isra' : 36)
“Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, janganlah kamu
berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya
(sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan
(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (QS Al-Ma'idah : 77)
Ingat, jangan sekali-sekali mengikuti persepsi pribadi yang belum tentu terbukti kebenarannya, termasuk persepsi yang mengatakan jika rohis = teroris. Mengapa? Jelas, perbuatan itu akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Dan bagi pihak pemfitnah di luar Islam, janganlah berlebih-lebihan, janganlah terlampau jauh menggiring ummat ke dalam arena ghazwul fikr , karena sama saja para pemfitnah itu dengan orang yang tersesat, yang tiada pernah menemukan titik kebenaran sebab apa yang mereka lakukan hanyalah sebuah pembenaran.
Wallahu walliy at taufiq ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar