DINASTI ABBASIYAH
“Kemajuan Dinasti, Kemajuan
Islam – Kemunduran Dinasti Kemunduran Islam”
Diusulkan Oleh:
Fadhil Nugroho Adi
Riau Hadidah
Abel Jatayu Prakosa
Risda Guntari
Ade Imani Arsyad
Novia Kusmithasari
Astantya Wulan Sukmawati
Martina Awisti V.P
Mirna Harsih
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
Bab I
Pendahuluan
Nabi
Muhammad SAW, tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan
beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau
tampaknya menyerahkan persosalan tersebut kepada kaum Muslimin sendiri untuk
menentukannya.
Karena
itulah, tidak lama setelah beliau wafat , belum lagi jenazahnya dimakamkan,
sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di Balai Kota Bani Sa’idah,
Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah
berlangsung cukup alot karena Kaum Muhajirin maupun Kaum Anshar merasa berhak
memimpin umat Islam.Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiah yang tinggi,
akhirnya Abu Bakar terpilih.[1]
Hal tersebut menjadi landasan bahwa
tidak ada penunjukan penggganti dalam tradisi Islam. Pemimpin ditentukan
melalui musyawarah. Setelah Abu Bakar wafat, kepemimpinan umat Islam yang
kemudian disebut Amirul Mukminin digantikan Umar bin Khottob lalu
berturut-turut Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Keempat pemimpin
tersebut dikenal dengan Khulafaur Rasyidin.
Model kepemimpinan dinasti
(monarchicheridetis atau kerajaan turun temurun) dimulai dari Dinasti
Ummayah. Dinasti ini dinamai Ummayah
karena pemimpin pertamanya yaitu Muawiyah merupakan keturunan dari keluarga
Ummayah. Dinasti Ummayah berlangsung selama 90 tahun.
Abbasiyah menjadi dinasti
selanjutnya. Dinasti ini dari keturunan paman Nabi, Al-Abbas. Luar biasanya
dinasti ini adalah rentang waktu kekuasaan yang panjang yaitu 508 tahun dari
tahun 132 H (750 M) sampai dengan 656 H (1258 M). Kemajuan-kemajuan diberbagai
bidang juga terjadi pada masa ini. Pada masa ini pula Islam mencapai puncaknya,
terutama di bidang pendidikan. Namun sayang setelah periode ini berakhir yang
sebab utamanya adalah serangan bangsa Tartar, Islam mengalami kemunduran.[2]
Maka
dari itu, kami mengambil permasalahan dinasti Abbasiyah. Karena secara tidak
langsung kemajuan dan kemunduran Islam tercermin dalam kekuasaan dinasti ini.
Bab II
Pembahasan
1.
Awal
terbentuknya Dinasti Abbasiyah
Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah
ibn Al-Abass. Dia mendapatkan wasiat dari abangnya yaitu Ibrahim Al-Imam, Nama
Abdul ‘Abbas masyhur karena memiliki sifat dermawan, kuat ingatan, keras hati,
tetapi sangat besar dendamnya kepada Bani Umayyah. Karena dendamnya itu,
dibunuhlah keturunan-keturunan Bani Umayyah, walaupun orang yang tidak bersalah
dan tidak ikut campur dalam urusan politik. Dialah yang menitahklan penggalian
kubur-kubur khalifah-khalifah Bani Umayah
yang terbesar, jika bertemu dengan mayat maka akan dibakar dan jika
menemukan tulang, maka tulang itu akan dicambuk lalu dibakar.
Dinamakan
Khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Kekuasaan Bani Abbas ini
melanjutkan Dinasti Bani Umayyah.[3]
Berawal dari propaganda yang dilakukan oleh Bani Abbas sendiri yang dilakukan
secara bersembunyi atau rahasia. Ketika Kekhalifahan dipimpin oleh Umar ibn
Bdil Aziz bahwa dalam kepemimpinannya kebenaran dan keadilan lebih tinggi dari
segalanya, pemerintahan ini berbeda dengan pemerintahan yang didirikan dengan
cara kekerasan oleh Bani Umayyah, hal inilah yang melemahkan Pemerintahan. Di waktu
pemerintahan inilah Bani Abbas diam-diam mengatur propaganda, nama bani Abbas
tidak begitu ditonjolkan, namun dimasyhurkan saja Bani Hasyim, supaya jangan
terpecah Syi’ah pengikut ‘Ali dengan Syi’ah pengikut ‘Abbas, karena keduanya
sama-sama Bani Hasyim.
Bani
Umayyah dari dulu tidak memusuhi Bani `Abbas, melainkan hanya memusuhi bani
`Ali, padahal yang mengharap hendak merebut kekuasaan ialah bani `Abbas. Kalau
Bani `Abbas menyatakan menuntut khalifah untuk dirinya sendiri, tentu kurang
banyak pengikutnya. Dengan menyebut Bani hasyim, maka keturunan `Ali dan Bani `Abbas
akan terkumpul semua. Pusat Propaganda dilakuakn di 2 tempat, pertama kaufah,
kedua Khurasan. Dua tempat ini dipilih karena daulat yang akan berdiri ini hendak bertulang punggung kepada Parsi.
Kaufah adalah negri baru di dalam Irak, dan Irak pada masa itu temasuk dalam
bilangan tanah parsi.
Mereka
mengangkat 12 orang propagandis, kedua-belas orang itu mengembara kian kemari
dari satu wilayah ke wilayah lain di sekitar Kaufah dan Khurasam. Mereka
menjelaskan kepada orang-orang yang sekiranya bisa ditarik tentang kezaliman
pemerintahan Bani Umayah. Propagandis yang paling jempol yang pada akhirnya
mempunyai riwayat terpenting di dalam urusan ini adalah Abu Muslim
Al-Khurasany. Dialah yang mula-mula berpropaganda secara terang-terangan di
negri Maru. Dan ditiap-tiap negri yang ditaklukannya itu dimulai dengan menanam
wakil-wakil. Setelah itu diutusnya orang ke Kaufah untuk menemui Abdul `Abbas
As-Saffah.
Pada
akhirnya berduyun-duyun pengikutnya datang menyatakan setianya masing-masing
dan mengakuinya sebagai khalifah. Segala orang yang datang itu diterima oleh
Abu Ja’far, saudaranya. Dialah yang menerima bai’at mereka masing-masing.
Setelah selesai mengambil bai’at itu, yang berlaku sejak dari waktu `Asar
sampai waktu magrib, aka Abdul `Abbas teruslah memimpin bala-tentara dan
diserahkannya mengepalai negeri kaufah itu kepada pamannya yaitu Daud Ibn.’Ali.
2. Kemajuan
Abbasiyah
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai
puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809M) dan puteranya Al-Ma’mun
(813-833M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan
social. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Pada
masanya, sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu,
pemandian-pemandian umum juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi
terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan,
ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusteraan berada pada zaman
keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara
terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma’mun, pengganti Al-Rasyid, dikenal sebagai
khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan
buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji
penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli.
Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting
adalah pembangunan Bait al-Hikmah pusat
penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang
besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan
ilmu pengetahuan.[4]
Dari gambaran di atas terlihat bahwa, dinasti
Bani Abbas pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada perluasaan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara
Bani Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu, ada pula ciri-ciri menonjol
dinasti Bani Abbas dibanding yang terdapat di zaman Bani Umayyah.
Sebagaimana diuraikan diatas, puncak
perkembangan kebudayan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani
Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa
Bani Abbas sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan
Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan
sudah sudah mulai berkembang. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan
terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Bani Ummayah.
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran,
filsafat, kimia, dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama Al-Fazari
sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolabe. Al-Fargani, yang
dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes
Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama Al-Razi dan Ibn Sina.
Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang
menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya ilmu kedokteran berada di
tangan Ibn Sina. Ibn Sina yang juga seorang filosof, berhasil menemukan sistem
peredaran darah pada manusia. Di antara karyanya adalah al-Qanun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling
besar dalam sejarah.
Dalam bidang optika Abu Ali Al-Hasan ibn
Al-Haythami, dikenal di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai
penentang pendapat bahwa, mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Di bidang
Kimia, terkenal Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam bahwa logam
seperti timah , besi , dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan
mencampurkan suatu zat tertentu. Di bidang matematika terkenal nama Muhammad
ibn Musa Al-Khawarizmi yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang
menciptakan ilmu aljabar. Kata “aljabar” berasal dari judul bukunya al-Jabar wa al-Muqabalah.dalam bidang
sejarah terkenal nama Al-Masudi. Di juga ahli dalam ilmu geografi. Diantara
karyanya adalah Muruj al-Zahab wa Ma’adin
al-Jawahir.
Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat
antara lain Al-Farabi,Ibn Sina,dan Ibn Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku
tentang filsafat,logika,jiwa,kenegaraan,etika,dan interpretasi terhadap
filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat.
Yang terkenal di antaranya adalah al-Syifa’.
Ibn Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes,banyak berpengaruh
di Barat dalam bidang filsafat,sehingga di sana terdapat aliran yang disebut
dengan Averroisme.
Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan
yang pernah dicapai oleh pemerintah Islam pada masa klasik,kemajuan yang tidak
ada tandingannya pada masa itu. Pada masa ini kemajuan politik berjalan seiring
dengan kemajuan perdaban dan kebudayaan sehingga Islam mencapai masa
keemasan,kejayaan,dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya
terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama. Namun sayang,setelah
periode ini berakhir,Islam mengalami masa kemunduran.[5]
3. Keruntuhan
Abbasiyah
Sampai
di zaman Al-Mista’shim ini datanglah bangsa Mongol yang masyhur, merebut
keseluruhan Dunia Islam, bahkan sampai ke negeri Rusia, Polandia dan lain-lain.
Datanglah mereka menyerbu kota Baghdad. Dalam tahun 656 Hijriyahdi kepungnyalah
kota yang besar dan indah itu. Tidak dapat kota itu bertahan lagi. Karena
negari tidak mempunyai pertahanan yang kuat, hanyalah disuruh saja oleh Wazir
Al-‘alqami menutupi pintu kota. Dengan kemauan yang sungguh-sungguh tentara
yang ganas itu mengepung kota sehingga jatuhlah parit kota satu persatu dalam
masa hanya 10 hari. Dengan jatuhnya parit-parit kota itu, jatuhlah kota
Baghdad.[6]
Syeikh
Muhyiddin Kayyath menggambarkan peristiwa pembunuhan massal oleh bangsa Tartar
sebagai berikut:
“Kemudian
mereka merampok kota Baghdad, membunuh dan mempergunakan pedang untuk
menghabiskan nyawa penduduk, merampok segala Istana dan mahigai dengan segala
kekayaan yang tersimpan di dalamnya, meruntuhkan segala gudang-gudang ilmu
pengetahuan serta melemparkan segala buku-bukunya ke dalam sungai Tigris,
sehingga air sungai yang besar dan luas itu berubah warnanya. Perbuatan
perampokan, pembunuhan dan pemusnahan itu berjalan terus salama 40 hari
lamanya.
Setelah
semuanya mengalami kehancuran dan kerajaan ‘Abasiyah yang berjalan 500 tahun
itu sudah musnah, maka persoalan yang timbul: apakah faktor-faktor lain selain
dari keganasan bangsa Tartar di bawah pimpinan Hulaku Khan itu? Jawabannya
adalah sebagai berikut:
1. Pengkhianatan
dalam negeri dan perpecahan sasama Muslimin yang menghancurkan dari dalam.
Yaituperpecahan antara golongan Sunni (Ahli Sunnah) yang memegang kuasa
‘Abassiyah dan golongan Syi’ah yang dipimpin oleh Perdana Menteri Muayyiduddien
Ibnul ‘Alqamiy yang telah barkhianat dan mengundang masuknya Hulaku Khan.
2. Persekongkolan
antara bangsa Tartar yang dipimpin Hulaku Khan dengan kaum Kristen yang
diwakili oleh Istri Hulaku Khan yang menjalankan perintah Paus. Hal ini diakui
oleh Prof. Hitti dan Anthony Nutting.
3. Dengan
hancurnya kota Baghdad dan dibunuhnya Khalifah terakhir ‘Abbasiyah, berarti
habislah riwayat Khalifah menurut tradisi yang sebenarnya. [7]
Bab III
Simpulan
Disini
terlihat jelas bahwa Dinasti Abbasiyah tidak hanya memiliki kekuasaan dalam
tempo waktu yang lama. Perkembangan dan
Kemajuan Islam sangat terlihat jelas pada dinasiti ini. Pemimpin sangat
menghargai Ilmu Pengetahuan. Ilmuwan-ilmuwan besar dunia muncul pada Dinasti
ini. Ibnu Sina, Al-Farazi, Al-Farabi dan Ibnu Rusyd adalah beberapa tokoh besar
yang muncul.
Namun
sayang setelah periode ini berakhir yang sebab utamanya adalah serangan bangsa
Tartar yang tidak hanya menghancurkan Baghdad tetapi juga membuang seluruh buku
pengetahuan ke sungai Tigris. Islam mengalami kemunduran.
Kemajuan dinasti Abbasiyah membawa
Islam mencapai puncaknya. Paradaban berkembang dengan cepatnya. Ilmu
pengetahuan sangat didukung pemerintah sehingga kemajuannya sangat pesat. Bukan
berarti masa sebelum dan sesudahnya ilmu pengetahuan tidak maju, tetapi masa
ini merupakan masa keemasan Islam.
Kemundura
dinasti ini juga menjadi kemunduran Islam, karena setelah serbuan bangsa Tartar
dan pemusnahan ilmu bengetahuan di Baghdad, Islam bagaikan masuk ke zaman
kegelapan. Orang Islam tidak lagi mempunyai catatan-catatan kejayaan masa
lampau.
Daftar Pustaka
1.
Ahmad, Zainal Abiam, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang
(perkembangan dari zaman ke zaman), (Jakarta: Bulan Bintang, 1978)
2.
Hamka, Sejarah Ummat Islam jilid II, (Jakarta: Bulan Bintang,1975)
3.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II,(Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006)
[1]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam
Dirasah Islamiyah II,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.35
[2] Ibid., hlm.59.
[4]
Badri Yatim, Op.cit., hlm.50
[5] Ibid., hlm. 50-59
[6]
Hamka, Sejarah Ummat Islam jilid II, (Jakarta: Bulan Bintang,1975), hlm.131
[7]
Zainal Abiam Ahmad, Ilmu Politik Islam IV, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai
Sekarang (perkembangan dari zaman ke zaman), (Jakarta: Bulan Bintang, 1978),
hlm.140-142
Tidak ada komentar:
Posting Komentar