Minggu, 12 Mei 2013

Rumpun Bambu Beralas Perahu : Menelusuri Jejak Interaksi Kemaritiman Cina-Asia Tenggara (2)



BAHASAN


A. Cina dan Kemegahan Pelayaran
Penulis Decada de Asia, Diego do Couto, menyatakan bahwa orang Jawa adalah orang yang berpengalaman di dalam seni navigasi, hingga mengatakan bahwa inilah seni yang paling kuno, meskipun banyak orang lain menunjukkan rasa hormat ini kepada orang Cina sembari menegaskan bahwa seni ini diteruskan mereka kepada orang Jawa. Artinya bahwa, interaksi antara Jawa dengan Cina mampu melahirkan teknologi perkapalan yang semakin canggih, berupa seni navigasi dan teknik pembuatan kapal. Kapal-kapal Cina yang secara umum dinamai “jung” itu dikenal di Jawa sejak ekspedisi Cina Mongol tahun 1292 dan semakin intensif sejak ekspedisi Cheng Ho di awal abad ke-15. Manguin mengidentifikasi jung-jung pada periode itu sebagai produk campuran “perkembangan laut Cina Selatan” dengan memilih penggunaan unsur tradisi Cina dan Asia Tenggara. Kidung Sunda menyebut bahwa jenis jung seperti yang dibuat di negara Tartar untuk pertama kalinya ditiru di Jawa pada tahun 1920-an saat terjadi intervensi militer Cina yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jawa Timur dengan kekuatan 20.000 orang tentara dan 1.000 kapal Cina. Secara mengejutkan, kapal-kapal besar yang digunakan untuk menyerang Portugis, selain dibuat di jepara ternyata juga dibuat di galangan kapal Semarang oleh Yat Sun (Pati Unus) bersama Kin San, seorang Muslim Cina peranakan lain yang juga ipar Raden Patah pada tahun 1509. (Qurtuby, 2003:127).

Jung hibrida “Laut Cina Selatan”, sebagaimana disebut Manguin, mendominasi perairan Asia Tenggara pada abad ke-16. Meskipun demikian, terdapat bukti bahwa interaksi tradisi perkapalan antara Jawa dan Cina setidaknya sudah berjalan intensif semenjak abad ke-13. (Reid, 2004:80). Sejarah dinasti Yuan menyebutkan, seribu kapal besar mengangkut 20.000 tentara Cina dari Fujian ke Jawa untuk menghukum Raja Kertanegara atas penghinaan yang pernah dilakukannya. Sangat dimungkinkan pada masa ini berlangsung suntikan teknologi dan angkatan kerja Cina ke Jawa yang kemudian memunculkan jenis kapal hibrida. (Reid, 2004:81).

Hampir sebagian besar hasil perdagangan antara Asia Tenggara dan Cina diangkut oleh kapal-kapal Asia Tenggara hingga menjelang abad ke-12. Usaha terrencana untuk menguasai lautan sebelah selatan baru dilakukan pada zaman Dinasti Sung Selatan (1127-1279). Kapal-kapal Cina yang dibuat di Guangdong dan Fujian untuk ekspedisi-ekspedisi ke wilayah selatan kemungkinan besar dibangun berdasarkan kapal-kapal seberang lautan yang berdatangan dari Asia Tenggara, selain meniru kapal-kapal sampan dari bagian utara Cina. Apa yang diperkenalkan mereka dalam rancang bangun kapal di Jawa akhir abad ke-13 bisa jadi terbatas pada ukuran kapal yang lebih besar, penggunaan paku besi lebih banyak, dan sekat-sekat pembagi ruang muatan yang tidak seluruhnya identik dengan kapal-kapal Cina. (Reid, 2004:81).

· Ekspedisi Zheng He, Simbol Kejayaan Maritim Cina
Pada awal abad ke-15, saudagar-saudagar Cina memiliki peran penting dalam kehidupan orang  Jawa pesisir. Aktivitas tujuh armada Zheng He yang masing-masing terdiri atas lebih dari seratus kapal besar dan puluhan ribu tentara pasti sangat menambah nilai penting ini. Untuk melengkapi perbekalan, sebagian besar pelayaran lautnya menggunakan daerah Gresik-Surabaya selama jangka waktu empat bulan, sembari menunggu angin muson timur bulan Juli yang akan membawa mereka ke Selat Malaka dan melintasi Teluk Bengal. Ekspedisi yang dilakukan armada Zheng-He ini berlangsung dari tahun 1406, 1408, 1410, 1414, dan 1418, serta pelayaran ketujuh pada 1432. (Reid, 2004:85).

Dengan tujuh ekspedisi Zheng-He tersebut, maka, secara mengejutkan, produk-produk yang menonjol dari perdagangan Nanyang seperi lada dan kayu sapang, kemudian menjadi barang konsumsi massal di Cina untuk pertama kalinya pada abad ke-15. Sehingga bisa dikatakan ekspedisi-ekspedisi Zheng-He merupakan titik awal “Kurun Niaga” Asia Tenggara dengan peningkatan dramatis dan berkesinambungan dalam jumlah pelayaran di perairan Nusantara (Reid, 2004:86).

Hikayat Dinasti Ming menjelaskan, kapal Jung yang digunakan Zheng He untuk tujuh kali ekspedisi, paling besar berukuran panjang 132 meter, lebar 54 meter, ukuran kecil panjang 111 meter, lebar 45 meter. Selanjutnya berjumlah 62 kapal Jung dengan 27.800 orang. Bisa dibilang sejak abad ke-15 hingga sekarang, belum pernah ada kapal-kapal Jung yang berukuran sebesar dan sebanyak itu, apalagi dipergunakan untuk pelayaran jarak jauh dan hanya berkawan kompas sebagai pedoman. Setelah Zheng He membuka jalur pelayaran dari Asia ke Timur Tengah, Afrika dan sebaliknya, belakangan bangsa Eropa berduyun-duyun, berlomba datang mencaplok dan menjajah banyak negeri di kawasan Asia dan Afrika. (Gan KH, 2005:54).
Menurut Liang Chi Chau (Nio Khe Tiau), tujuh kali ekspedisi Zheng He ke lautan luar itu terbagi dalam beberapa jalur sebagai berikut.

1. Ekspedisi pertama : Berangkat pada Yung Lo (Eng Lok) tahun III bulan 6, kembali pada Yung Lo tahun V bulan 9 (secara Masehi tahun 1405-1407). Berangkat dari Tai-ciang via Fuchien (Hokkian) menuju An-nam, Siam, Palembang dan Jawa.
2. Ekspedisi kedua : Berangkat pada Yung Lo ke VI bulan 9, kembali pada Yung Lo ke IX bulan 6 (secara Masehi tahun 1408-1411). Tujuan utamanya adalah Ceylon dan India.
3. Ekspedisi ketiga : Berangkat pada Yung Lo ke  X bulan 11, kembali pada Yung Lo ke XIII bulan 7 (secara Masehi tahun 1412-1415). Berlayar ke Sumatera, Malaka, dan ke lain-lain tempat yang seluruhnya berjumlah 19 negara.
4. Ekspedisi keempat : Berangkat pada Yung Lo ke XIV, musim dingin, kembali pada Yung Lo ke XVII bulan 7 (secara Masehi tahun 1416-1419). (Gan KH, 2005:54).

5. Ekspedisi kelima : Berangkat pada Yung Lo tahun ke XIX musim semi, kembali pada Yung Lo ke XX bulan 8 (secara Masehi tahun 1421-1422).
6. Ekspedisi keenam : Berangkat pada Yung Lo tahun ke XXII bulan 1, kembali pada akhir tahun itu juga (secara Masehi tahun 1424).
7. Ekspedisi ketujuh : Berangkat pada Soan Tik tahun ke V bulan 6, kembali pada Soan Tik ke VIII bulan 7 (secara Masehi tahun 1430-1433). Pelayaran ini berorientasi ke Hormug dan ke tempat lain, seluruhnya berjumlah 17 negeri. (Gan KH, 2005:55).

Menurut catatan Liang Chi Ziau, Zheng He pernah mengunjungi beberapa tempat sebagai berikut.
1. 15 negeri di wilayah Malaka Timur.
a. Chamber atau Campa
b. Cannauh, diperkirakan berada di daerah Siam
c. Cambaja, waktu dikunjungi Zheng He masih tergolong kekuatan Siam, wilayahnya di sebelah Barat bergandengan dengan provinsi Yunnan dari Tiongkok
d. Pulau Condore (P. Conson), letaknya di ujung selatan Indo China
e. Tanjung Padaran, terletak di ujung selat Cambaja
f. Siam
g. Penang
h. Tumasik
i. Selat Lingga
j. Bilitong
k. Carimata
l. Pulau Bintang
m. Jawa
n. Madura
o. Timor

2. 4 negeri di wilayah Malaka.

a. Malaka
b. Aru Island, terletak di pesisir utara Sumatera
c. Pulau Sembilan
d. Johor

3. 7 negeri di wilayah Sumatera dan sekitarnya
a. Palembang
b. Sumatera
c. Lambri, menurut catatan Marcopolo terletak kira-kira di barat laut Sumatera Utara
d. Nagor
e. Letai
f. Pulau Wey
g. Andaman Island

4. 6 negeri di wilayah India
a. Benggala
b. Cochin
c. Quilon
d. Calcuta
e. Ceylon
f. Kepulauan Maladewa

5. 5 negeri di wilayah Arabia
a. Jeffer
b. Aden

c. Hormuz atau Ormuz
d. Mecca
e. Lasam, letaknya diperkirakan dekat Mesopotamia

6. 3 negeri di benua Afrika
a. Magedexa (Mogadishu) di pesisir Timur Afrika
b. Burava di selatan Magedexa
c. Tuba di selatan Burava (Gan KH, 2005:57)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar