Makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik. (Courtesy: YouTube) |
MASUKNYA agama Islam ke
Jawa, pada mulanya, dibawa oleh hubungan dagang. Bukan langsung dari Mekkah,
melainkan dari Bagdad (Irak) dan Gujarat (sisi barat India).
Ketika khalifah
Abbasiyah yang kelima, yang bergelar Harun Al-Rasyid berkuasa, kota Bagdad
menjadi sangat terkenal dan menjadi pusat perdagangan antara masyrik dan magrib (dunia timur dan barat). Pada waktu itu sudah ada kapal
dagang Indonesia dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang berlayar hingga ke Teluk
Persia.
Pada tahun 1528
M, kota Bagdad hancur digempur pasukan Tartar, Mongol. Jalan lintas perdagangan
antara dunia timur dan barat beralih melalui Gujarat, langsung ke barat melalui
selat Bab al Mandub (Teluk Aden) ke utara melalui Laut Merah. Kapal dagang dari
Nusantara pun berramai-ramai berlabuh ke Gujarat.
Karena
kedatangan agama Islam ke Jawa melalui hubungan dagang, maka yang terlebih
dahulu memeluk Islam adalah rakyat jelata, seperti para anak kapal (juragan dan
kelasinya). Pemusatannya di daerah pelabuhan seperti Tuban, Jepara, serta
Gresik.
Bukti-bukti
artefak seperti makam wanita muslimat Fatimah binti Maimun, nisan yang berangka tahun 475
Hijriyyah (1082 M), serta makam ulama Persia Malik Ibrahim, nisan yang berangka
tahun 882 Hijriyyah (1419 M), menjadi tanda bahwa pada waktu itu rakyat jelata
Gresik telah banyak yang menganut Islam.
Makam Maulana Malik Ibrahim. (Cortesy: Historia) |
Selain rakyat
jelata, beberapa keluarga bangsawan dan punggawa Majapahit juga diketahui telah
ada yang memeluk Islam. Sebut saja istri Kertawijaya, puteri Campa yang bernama
Ratu Darawati, beragama Islam. Bahkan anggota keluarga Darawati, Raden Rahmat,
turut mendirikan perguruan Islam (pesantren) di desa Ampel, sehingga kemudian
populer dengan nama Sunan Ampel.
Gerbang kompleks makam Sunan Ampel. (Courtesy: Kanal Wisata) |
Demikianlah. Di
kalangan negara Majapahit, Islam menjadi agama yang progresif. Islam tidak
mengakui adanya tatanan kasta. Bagi rakyat jelata dan kaum petani yang menurut
tatanan kasta hanya dikelompokkan pada golongan bawah, masuk agama Islam
memiliki manfaat besar.
Alasannya, dapat mengangkat derajat serta dapat
dijadikan pegangan untuk melepaskan semua beban yang berhubungan dengan adat
dalam tatanan kasta.
(Fadhil Nugroho)
*Disarikan dari Babad Demak dalam Tafsir Sosial Politik, R.
Atmodarminto
Untuk lebih jelasnya, simak video dokumenter berikut ini.
Untuk lebih jelasnya, simak video dokumenter berikut ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar