Rabu, 07 Juni 2017

Napak Tilas di Langenharjo

Courtesy: jejakbocahilang.wordpress.com


KELUARGA keraton, sejak dulu kala, selalu memiliki tempat-tempat khusus yang ditujukan untuk kegiatan-kegiatan khusus pula. Di Yogyakarta, ada sebuah tempat, Taman Sari namanya, yang terkenal epic sebagai tempat berkumpulnya para wanita bangsawan pada masanya. Tak terkecuali di wilayah Surakarta, ada sebuah tempat yang bernama Pesanggrahan Langenharjo. Bangunan yang berlokasi di Desa Langenharjo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo ini bisa ditemui sejarak 50 meter saja dari bibir sungai Bengawan Solo. Bangunan berarsitektur khas Jawa itu pada mulanya didirikan Susuhunan Paku Buwono IX pada 1870, yang baru dirampungkan pada pemerintahan Susuhunan Paku Buwono X pada 15 Juli 1931.

Dulu, bangunan ini, seperti yang tersirat lewat namanya, diartikan sebagai “tempat persinggahan yang nyaman dan damai.” Tak heran tempat ini menjadi favorit tujuan rekreasi keluarga kerajaan Kasunanan Surakarta. Tak hanya rekreasi, tempat tersebut juga digunakan sebagai tempat meditasi sang raja. Ini terlihat dari ruangan khusus bernama Sanggar Pamujan yang digunakan untuk bersemadi sebagai sarana memperoleh wangsit atau ilham. Khusus semadi ini, hingga hari ini, masih banyak orang-orang yang sengaja melakukan tapa brata di tempat tersebut. Mereka memilih hari-hari tertentu untuk melaksanakan ritual mencari wangsit dari penunggu Langenharjo.

Selain Sanggar Pamujan, di Pesanggrahan Langenharjo juga bisa ditemui ruangan-ruangan lainnya seperti Pendapa Prabasana, Kuncungan, nDalem Ageng, Pendapa Pungkuran, gudang senjata, ruang tamu, Kaputren, dan Kasatriyan.

Ceruk semedi di Langenharjo. (Courtesy: jejakbocahilang.wordpress.com)


Air Hangat yang Menyejarah

Pada masa awal didirikan, kolam pemandian air hangat yang terletak di belakang bangunan memang dijadikan sebagai tempat berendam keluarga kerajaan. Karena alasan itulah tempat ini menjadi tujuan wisata favorit keluarga bangsawan keraton Kasunanan. Memang, pemandian ini mengandung belerang yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Wisatawan yang berkunjung ke sini juga diperbolehkan mandi air hangat, meski kadar kehangatannya tak seperti dulu lantaran banyak saluran pipa tua yang mengalami kebocoran.

Perahu Jaka Tingkir

Kerangka perahu Jaka Tingkir yang ditemukan pada 2007 silam di sekitar sungai Bengawan Solo juga menjadi “penunggu” pesanggrahan Langenharjo.  Perahu tersebut kali pertama ditemukan oleh seorang warga Desa Bulakan bernama Paiman. Sedianya, sisa kayu perahu tersebut akan digunakan untuk merenovasi masjid di desanya. Niat tersebut urung setelah perahu itu diketahui sebagai cagar budaya.

Foto: jejakbocahilang.wordpress.com

Perahu kuno tersebut terdiri atas 21 batang kayu, yang apabila dirangkai akan membentuk sebuah perahu. Konon usia perahu yang ditemukan di jalur transportasi dan perdagangan pada masa Susuhunan Paku Buwono X itu berkisar antara 300-400 tahun. Proses pemindahan perahu dilakukan dengan ritual pembacaan doa oleh salah seorang pengageng Keraton Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar