Fadhil Nugroho Adi
Allah
SWT telah berfirman dalam Q.S. Yusuf : 111, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang berakal, al-Qur’an itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan
tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu
dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman”. Niscaya kita
perlu menyadari, bahwa Allah telah memerintahkan kita untuk mempelajari
sejarah. Mengapa? Karena dengan mempelajari sejarah, kita mampu untuk mengambil
ibrah atau pelajaran agar kita mampu
menapak masa depan tanpa harus mengulang kesalahan yang sama. Bukankah tuntunan
agama kita menyatakan, “Sesiapa yang
harinya lebih baik dari kemarin maka dia beruntung. Dan siapa yang harinya sama
dengan kemarin, maka dia tercela. Tapi, siapa yang harinya lebih buruk dari
kemarin, maka dia terlaknat”. Oleh karenanya mari kita tilik sepintas
lintasan sejarah, terutama sejarah umat Islam. Di sini penulis mencontohkan
peristiwa sejarah pada masa Sultan Shalahudin Al-Ayyubi (1183-1193) dimana pada
masanya terdapat seorang gubernur dari Arbela, Abu Sa’id al-Kaukabari, yang
memprakarsai peringatan Maulid Nabi SAW karena keprihatinannya atas kondisi
ummat Islam saat itu yang maju dalam segi kuantitas tapi miskin dalam kualitas.
Saat itu ummat Islam tidak pernah menang ataupun untung. Dalam peperangan
mereka selalu kalah, begitu pula dalam persaingan dagang merekapun merugi.
Singkat kata mereka merugi dalam berbagai aspek kehidupan. Akan tetapi yang
membedakan kondisi ummat pada saat itu adalah, ketika didengungkan peringatan
Maulid Nabi, maka merekapun langsung menyambutnya secara antusias. Mereka
bangkit. Kebangkitan ummat saat itu tidak berlangsung terlampau lama dan
melahirkan kesejahteraan bagi ummat Islam sendiri. Nah sekarang coba kita tilik
kondisi di negeri kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sudah berapa
kalikah kita merayakan Maulid Nabi? Puluhankah? Atau ratusankah? Seringkali
pastinya. Akan tetapi mengapa belum juga lahir kebangkitan ummat di Indonesia?
Perlu diingat prediksi berbagai pihak di era 90-an yang menyatakan Islam akan
bangkit dari dunia Timur menjelang abad 21, dengan harapan kebangkitan ummat
akan terjadi di Indonesia. Bagaimana
jika nanti bangsa kita akan mengalami hal yang sama seperti Spanyol? Di sana
Islam memimpin selama tujuh abad, namun pada paruh kedua penguasaan Kristen
atas Spanyol, ummat Islam dimusnahkan dari bumi Spanyol dengan menggunakan
berbagai cara: dimurtadkan, atau jika enggan, diusir! Bahkan di-inkuisisi
(pembantaian). Maka patut kita jadikan renungan bersama terlebih dengan adanya
pembantaian 200.000 ummat Islam di Bosnia dan bagaimana konflik berkepanjangan
yang terjadi di Ambon ataupun peristiwa Poso.
Sehingga apabila kita ingin mengembalikan
kebangkitan ummat, mengharapkan kejayaan Islam dan menjadi ummat yang secara kaffah memegang amanat Allah, solusinya
adalah Q.S. At-Tahrim ayat 6, “Jagalah
dirimu dan keluargamu dari (jilatan api) neraka”. Saat ini kita juga perlu
berkecimpung secara aktif dalam da’wah
bil hal, menyerukan kebajikan dengan tindakan. Bukan kekerasan! Islam
bukanlah agama kekerasan. Berjihadlah dengan pemikiran. Ghazwul fikr. Jihad dengan pena. Meluruskan fitnah dan hujatan terhadap
Islam yang tiada henti menerpa eksistensi Islam di muka bumi. Mari, dengan
bercermin kepada sejarah, kita syukuri nikmat iman dan Islam yang telah
dikaruniakan kepada kita. Semestinyalah kita laksanakan perintah dan menjauhi
larangan Allah. Nyatakanlah yang haq itu haq, dan yang batil itu batil. Bangkitlah
saudaraku, bangunlah. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al-Muddatstsir
ayat 1-3, “Hai orang-orang yang berselimut;
Bangunlah, berilah peringatan; dan Tuhanmu agungkanlah”. Tiada nikmat yang
lebih indah selain nikmat iman dan Islam. Hanya dengan kedua nikmat tersebut
kita akan tergolong ummat yang memperoleh janji Allah di akhirat kelak. Karena
Allah telah menurunkan agama yang haq bagi kita, dan satu-satunya agama yang
haq adalah Islam. Allah telah menegaskan dalam Q.S. Ali-Imran ayat 85, “Siapa yang mencari agama selain Islam, maka
sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi”. Wallahu
waliyy at-taufiq.
Sumber:
Handono, Irena. 2005. Awas Bahaya Kristenisasi di Indonesia. Bekasi : Bima Rodheta.
Handono, Irena. 2012. Islam Dihujat Menjawab Buku The Islamic Invasion. Bekasi : Gerbang
Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar