Jumat, 25 Mei 2012

Refleksi Kebangkitan Nasional dalam Kebangkitan Ummat


 Fadhil Nugroho Adi


Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. Yusuf : 111, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal, al-Qur’an itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman”. Niscaya kita perlu menyadari, bahwa Allah telah memerintahkan kita untuk mempelajari sejarah. Mengapa? Karena dengan mempelajari sejarah, kita mampu untuk mengambil ibrah atau pelajaran agar kita mampu menapak masa depan tanpa harus mengulang kesalahan yang sama. Bukankah tuntunan agama kita menyatakan, “Sesiapa yang harinya lebih baik dari kemarin maka dia beruntung. Dan siapa yang harinya sama dengan kemarin, maka dia tercela. Tapi, siapa yang harinya lebih buruk dari kemarin, maka dia terlaknat”. Oleh karenanya mari kita tilik sepintas lintasan sejarah, terutama sejarah umat Islam. Di sini penulis mencontohkan peristiwa sejarah pada masa Sultan Shalahudin Al-Ayyubi (1183-1193) dimana pada masanya terdapat seorang gubernur dari Arbela, Abu Sa’id al-Kaukabari, yang memprakarsai peringatan Maulid Nabi SAW karena keprihatinannya atas kondisi ummat Islam saat itu yang maju dalam segi kuantitas tapi miskin dalam kualitas. Saat itu ummat Islam tidak pernah menang ataupun untung. Dalam peperangan mereka selalu kalah, begitu pula dalam persaingan dagang merekapun merugi. Singkat kata mereka merugi dalam berbagai aspek kehidupan. Akan tetapi yang membedakan kondisi ummat pada saat itu adalah, ketika didengungkan peringatan Maulid Nabi, maka merekapun langsung menyambutnya secara antusias. Mereka bangkit. Kebangkitan ummat saat itu tidak berlangsung terlampau lama dan melahirkan kesejahteraan bagi ummat Islam sendiri. Nah sekarang coba kita tilik kondisi di negeri kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sudah berapa kalikah kita merayakan Maulid Nabi? Puluhankah? Atau ratusankah? Seringkali pastinya. Akan tetapi mengapa belum juga lahir kebangkitan ummat di Indonesia? Perlu diingat prediksi berbagai pihak di era 90-an yang menyatakan Islam akan bangkit dari dunia Timur menjelang abad 21, dengan harapan kebangkitan ummat akan terjadi di Indonesia.  Bagaimana jika nanti bangsa kita akan mengalami hal yang sama seperti Spanyol? Di sana Islam memimpin selama tujuh abad, namun pada paruh kedua penguasaan Kristen atas Spanyol, ummat Islam dimusnahkan dari bumi Spanyol dengan menggunakan berbagai cara: dimurtadkan, atau jika enggan, diusir! Bahkan di-inkuisisi (pembantaian). Maka patut kita jadikan renungan bersama terlebih dengan adanya pembantaian 200.000 ummat Islam di Bosnia dan bagaimana konflik berkepanjangan yang terjadi di Ambon ataupun peristiwa Poso.
            Sehingga apabila kita ingin mengembalikan kebangkitan ummat, mengharapkan kejayaan Islam dan menjadi ummat yang secara kaffah memegang amanat Allah, solusinya adalah Q.S. At-Tahrim ayat 6, “Jagalah dirimu dan keluargamu dari (jilatan api) neraka”. Saat ini kita juga perlu berkecimpung secara aktif dalam da’wah bil hal, menyerukan kebajikan dengan tindakan. Bukan kekerasan! Islam bukanlah agama kekerasan. Berjihadlah dengan pemikiran. Ghazwul fikr. Jihad dengan pena. Meluruskan fitnah dan hujatan terhadap Islam yang tiada henti menerpa eksistensi Islam di muka bumi. Mari, dengan bercermin kepada sejarah, kita syukuri nikmat iman dan Islam yang telah dikaruniakan kepada kita. Semestinyalah kita laksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Nyatakanlah yang haq itu haq, dan yang batil itu batil. Bangkitlah saudaraku, bangunlah. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al-Muddatstsir ayat 1-3, “Hai orang-orang yang berselimut; Bangunlah, berilah peringatan; dan Tuhanmu agungkanlah”. Tiada nikmat yang lebih indah selain nikmat iman dan Islam. Hanya dengan kedua nikmat tersebut kita akan tergolong ummat yang memperoleh janji Allah di akhirat kelak. Karena Allah telah menurunkan agama yang haq bagi kita, dan satu-satunya agama yang haq adalah Islam. Allah telah menegaskan dalam Q.S. Ali-Imran ayat 85, “Siapa yang mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. Wallahu waliyy at-taufiq.


Sumber:
Handono, Irena. 2005. Awas Bahaya Kristenisasi di Indonesia. Bekasi : Bima Rodheta.
Handono, Irena. 2012. Islam Dihujat Menjawab Buku The Islamic Invasion. Bekasi : Gerbang Publishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar