BERLOKASI di jalan Brigjend S Sudiarto 140, SD Gayamsari 02 Semarang –yang
dulu banyak dikenal sebagai SDN Kabluk 03-04- seolah tak pernah senyap dari
prestasi. Sekolah yang dikenal sebagai gudangnya anak-anak pintar itu memang
berulangkali mencatatkan namanya dalam berbagai ajang kejuaraan, baik akademik
mapun non akademik.
SD Gayamsari 02 menumbuhkan siswa-siswinya dalam visi “Unggul
dalam Prestasi, Berbudaya, Berdaya Saing Global berdasarkan Iman dan Taqwa
serta Berakhlak Mulia”. Maka tidak mengherankan jika sekolah ini punya pola
khusus dalam belajar mengajar, yakni
PAIKEMTIK (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan menggunakan Teknologi Informasi Komunikasi). Seiring dengan itu,
SD Gayamsari 02 tak pernah luput mengajak anak didiknya untuk membiasakan
bacaan Asmaul Husna dan Juz Amma atau Doa Pagi bagi siswa non muslim.
Ditemui di ruang kerjanya, Kepala Sekolah SD Gayamsari 02,
Samsul Hadi, SPd menuturkan, kerjasama yang kompak dengan seluruh komponen
sekolah menjadi kunci kemajuan sekolah itu.
“Kita briefing setiap pagi, apa saja kegiatan hari ini. Jadi
setelah kegiatan pembiasaan, bapak ibu guru kita meeting sebentar, untuk
menjalin kerjasama yang kompak dengan bapak ibu guru. Kita juga melibatkan
penjaga sekolah dan staf Tata Usaha,” ujarnya, mengawali.
Nampaknya dari kekompakan inilah SD Gayamsari 02 berhasil
menyabet penghargaan di setiap perlombaan. Lomba Mata Pelajaran Agama Islam dan
Seni (MAPSI) misalnya, meski baru kali pertama diikuti, sekolah ini berhasil
mengantarkan siswanya menuju puncak prestasi di tingkat provinsi. Di ajang
Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda), SD ini berulangkali menjadi juara umum
di tingkat kecamatan Gayamsari. Belum
lagi Olimpiade Sains dan Matematika, Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), serta Lomba Cerdas
Cermat.
Rupanya, selain kekompakan yang terjalin antarguru, SD
Gayamsari 02 juga memiliki tips rahasia agar siswa-siswi mereka terus berprestasi.
“Kita motivasi anak-anak setiap kali mendapat penghargaan atau juara, kita selalu
apresiasi. Minimal dengan ucapan selamat setiap upacara,” ungkap Samsul.
Selain itu, sekolah juga memberikan apresiasi kepada guru
pembimbing. “Entah berapapun jumlahnya kita beri bonus. Semua kita libatkan,
kita beri kepercayaan. Tidak hanya terpatok pada satu orang, tapi kita sebar untuk
membimbing cabang-cabang yang mereka kuasai,” imbuh Samsul.
Bekali dengan Doa
Guru dan pembimbing lomba MAPSI, Mulyati, S.Pd, punya cara
khusus untuk mencetak bibit-bibit unggul. Kedekatannya dengan para siswa
menjadi modal utama untuk cermat melihat kelebihan mereka.
“ Anak-anak sudah saya pantau sejak awal. Akan kelihatan
dari mereka yang punya kelebihan dibanding teman-temannya. Apapun yang disuruh guru dia mau, maka jadi
bagus,” bebernya.
Selain ketekunan, bagi Mulyati, doa menempati posisi yang
tak kalah penting. Segala hal yang dirasa tak mungkin terjadi, akan pupus jika
doa berbicara. Hal itu pula yang ia lakukan saat membimbing anak didiknya pada
ajang lomba MAPSI.
“ Yang paling menunjang adalah doa. Bayangkan, anak yang
sebelumnya hanya berkutat dengan
pelajaran, lalu harus berhubungan dengan memasak dan hasta karya yang harus
selesai dalam waktu 3 jam. Dia butuh
keterampilan khusus, kemauan, minat, dan niat ingin menyelesaikan yang tinggi,”
tuturnya.
Selain itu, peserta lomba MAPSI juga harus dibekali dengan
mental yang kuat lantaran kewajiban mempresentasikan hasil karyanya di hadapan dewan
juri, mulai dari tingkat kecamatan hingga provinsi.
“Alhamdulillah anak ini berbakat dan menekuni apa yang
diajarkan, dan ingin membawa nama baik sekolah,” terang Mulyati.
Tak heran, meski tidak memakan waktu lama untuk berlatih,
nyatanya, sekolah ini berhasil melaju dan mengalahkan sekolah-sekolah lainnya
di Jawa Tengah. Juara 1 dan 2 berhasil digenggam. Menu masakan Roti Schotel
Kornet yang dipadu dengan minuman Jahe Kolang Kaling, serta hasta karya Lampion
berbahan baku benang dan motor dari korek api berhasil membetot perhatian dewan
juri. Semuanya harus diselesaikan dalam waktu 3,5 jam saja.
Untuk melanggengkan juara di bidang ini, Mulyati ternyata
mengkader siswa-siswa terpilih sejak kelas 4. Baginya, keterampilan hidup
sangatlah penting dalam era modern seperti sekarang.
“Ilmu bisa dicapai
dengan memanfaatkan teknologi. Namun untuk keterampilan, anak sendirilah yang
bisa menciptakan. Karena hasil anak pribadilah yang mampu mengolah daya cipta
anak,” tuturnya.
Berjaya di Klub
Di bidang olahraga, SD Gayamsari 02 masih belum bisa digeser
oleh sekolah-sekolah lain di Kecamatan Gayamsari. Perolehan medali di 13 cabang
olahraga berhasil menempatkannya sebagai Juara Umum.
Guru olahraga sekaligus pembimbing Popda, Ruwi Febriyanto, S.Pd,
menuturkan, salah satu cabang olahraga yang menjadi unggulan adalah renang.
Siswa didikannya, Abhinaya, berhasil menyabet medali emas pada ajang Olimpiade
Olahraga Siswa Nasional.
“ Dari dulu dari TK memang suka renang,” aku Abhinaya
Paramudya yang kini duduk di bangku kelas VI.
Ketika ditanya apa motivasi selama lomba, ia menjawab, “kalau
latihan serius, hasilnya bagus. Kalau nggak serius, hasilnya jelek,” serunya
mantap.
Untuk latihan, mereka biasa melakukannya bersama klub
masing-masing. Ruwi pun tak ragu memberi mereka nilai 8 di laporan hasil
belajar.
“Anak yang ikut klub olahraga apapun itu, karena kita
sekolah berprestasi, saya tidak ragu memberi nilai 8, dengan catatan harus
berprestasi. Kita selalu mendorong
karena sekolah kita adalah contoh sekolah berprestasi,” jelas Ruwi.
Sama seperti Mulyati, ia juga mengamati skill anak didik.
Bedanya, ia mengamati skill siswa di berbagai cabang olahraga.
“SD Gayamsari 02 sebagai sekolah berkarakter secara akhlak
dan berprestasi atas apa yang mereka tampilkan, terutama di bidang olahraga
maupun akademik,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar