Sabtu, 17 Desember 2011

Hasil Pertemuan & Diskusi REVITALISASI PERMAINAN TRADISIONAL ANAK-ANAK UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA



Hari ini, tepatnya 17 Desember 2011, diselenggarakan acara pertemuan sekaligus diskusi publik yang mengangkat tema "Revitalisasi Permainan Tradisional Anak-Anak Untuk Membangun Karakter Bangsa". Acara ini diprakarsai oleh jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.
Acara ini dihadiri oleh para dosen dari jurusan Ilmu Sejarah, di antaranya, Dr. Dewi Yuliati, MA, Dra. Ngesti Lestari, M.Si, Dra. Titiek Suliyati, M.T; para guru TK dan PAUD; serta para mahasiswa Ilmu Sejarah.
Bertindak sebagai narasumber Tri Subekso, SS, alumni dari Ilmu Sejarah FIB Undip tahun 1998.
Hasil pemaparan dari acara tersebut adalah :
Dr. Dewi Yuliati, MA (Pembantu Dekan I FIB Undip, dosen Sejarah Terapan):
Dengan permainan tradisional, diharapkan:
  1. Anak-anak sejak dini memiliki basic yang penting, karena dengan belajar melalui permainan, anak bisa menerima kekalahan
  2. Anak-anak diajarkan untuk mandiri, menyelesaikan masalah dan konflik yang dihadapinya sendiri
  3. Anak-anak diajarkan untuk tidak mudah bersikap sombong jika memperoleh kemenangan
  4. Anak-anak diajarkan untuk berwirausaha (melalui syair lagu yang mengajarkan untuk berdagang)
  5. Anak-anak diajarkan demokrasi, mengakui kemenangan dan kekalahan, serta
  6. Anak-anak dapat memiliki karakter menghargai equality (persamaan, keadilan).
Sementara Tri Subekso, SS memaparkan:
  1. Permainan tradisonal akan tetap lestari meski ancaman kepunahan memanglah ada
  2. Masa depan seseorang terutama ditentukan pada usia dini (pentingnya permainan tradisional)
  3. Permainan tradisional tidak memiliki aturan tertulis dan terbentuk atas kesepakatan para pemain
  4. Permainan tradisional dapat dijadikan sebagai terapi untukmelepaskan emosi dengan tertawa, berteriak, bergerak
  5. Permainan tradisonal seperti Gagarudaan dan Pacici Cici Putri dapat mengembangkan kecerdasan intelektual anak
  6. Melatih anak untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya (dalam permainan Engklek, Congklak, Macan, dan Lompat Tali)
  7. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak (dengan melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan lain)
  8. Mengembangkan kecerdasan natural anak dengan banyaknya alat permainan yang dibuat atau digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu/pasir, dapat mendekatkan anak-anak terhadap alam sekitar, sehingga anak menyatu dengan alam (lewat permainan Anjang-Anjangan, Egrang, Encrak, Bola sodok menggunakan tongkat bambu, dll)
  9. Mengembangkan kecerdasan spasial anak dengan bermain peran. Hal ini dapat ditemukan dalam permainan tradisional Anjang-Anjangan ; mendorong anak untuk mengenal konsep ruang dan berganti peran (teatrikal)
  10. Mengembangkan kecerdasan musikal anak dengan nyanyian-nyanyian atau bunyi-bunyian para pemerannya
  11. Mengembangkan kecerdasan spiritual anak ,yakni:
  • Mengenal konsep menang dan kalah
  • Permainan tradisional dapat dilakukan lintas-usia
  • Para pemain yang belum bisa melakukan permainan bisa belajar secara tidak langsung pada pemain yang sudah bisa
  • Permainan tradisional dapat dilakukan dengan multi jenjang waktu
  • Tidak ada yang paling unggul, karena setiap orang memiliki kelebihan masing-masing
Selain diskusi, acara tersebut juga semakin semarak dengan dilakukannya permainan Jamuran dan Ular Naga. Seluruh peserta (termasuk dosen) saling berbaur, melepas canda dan menuai tawa. #FNA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar